APP
TUGAS KMB 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN APP
OLEH :
REFANA INDRA KUSUMA (2120101842)
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2011
APENDICITIS
A. Pengertian.
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10
cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal.
Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam
sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks
cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
Appendiks merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing).
Kira-kira 7% populasi akan mengalami appendiks pada waktu yang
bersamaan dalam hidup mereka. Pria lebih cenderung terkena appendiks
dibanding wanita. Appendiks lebih sering menyerang pada usia 10 sampai
30 tahun.
Appendiks perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks,
dimana appendiks telah pecah sehingga isis appendiks keluar menuju
rongga peinium yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses.
Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi
dengan prosedur atau pendekatan endoskopi.
B. Etiologi.
- Penyebab belum pasti
-
Faktor yang berpengaruh :
• Obstruksi : hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalt (massa
keras dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).
• Infeksi : E.Coli dan steptococcus.
• Tumor
C. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebaban oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa
lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut
dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum
lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi
mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Pathway.
Apendiks
Hiperplasi folikel Benda asing Erosi mukosa Fekalit
Striktur Tumor
limfoid apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Aliran darah terganggu
Ulserasi dan invasi bakteri
Pada dinding apendiks
Apendicitis
ke peritonium
trombosis pd vena intramural
peritonitis
pembengkakan dan iskemia
perforasi
pembedahan operasi
luka insisi
jalan masuk kuman
D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemuh, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter
.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung
pelvis
.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks
E. Komplikasi
Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi
penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecendrungan menjadi
progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam
8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.
Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatkan nyeri, spasme otot dinding
perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonotis umum atau abses yang
terlokalisasi, ileus, demam, malise, dan leukositosis semakin jelas.
Bila perforasi dengan peritonitis umum aatu pembentukan abses telah
terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan
dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah
operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai
penunjang : tirah baring dalam posisi fowler medium (setengah duduk),
pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian
penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan dengan
pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, transfusi untuk
mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.
Bila terbentukabses apendiks akan teraba massa di kuadrankanan bawah
yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini
dapat diberikan kombinasi antibiotik (misalnya ampisilin, gentamisin,
metronidazole, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera
menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6 – 12 minggu kemudian. Pada
abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Abses
daerah pelvis yang menonjol ke arah rektum atau vagina dengan fluktuasi
positif juga perlu dibuatkan drainase.
Tomboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus kita curigai bila
ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah
terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian
antibiotik kombinasi dengan drainase. Komplikasi lain yang dapat terjadi
berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain.
Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hb normal
Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis,
>10,000/mm3)
Hitung jenis : segmen lebih banyak
LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)
b. Rotgen : appendicogram
Hasil positif berupa :
Non-filling
Partial filling
Mouse tail
Cut off
Rontgen abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis.
G. Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi
a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis
seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu
dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun
bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta
pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik.
Foto abdomen dan thoraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan
adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan denagn
lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya
keluhan.
b. Intubasi bila perlu
c. Antibiotik
2. Operasi apendiktomi
3. Pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Angkat
sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan
baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien
dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi
atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selam 4-5 jam lalu
naikkan menjasi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan diberikan makanan
saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari
pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selam
2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar
kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan
pulang.
4. Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam
perotonitis akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut akan mereda,
dan kemungkinan terjadinya komplikasi akan berkurang.
H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Preoperasi :
1. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi.
Postoperasi :
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan).
3. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
5. PK : Perdarahan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN APENDICITIS
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteris Hasil (NOC) Intervensi
(NIC)
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
Batasan karakteristik :
- Laporan secara verbal atau non verbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-hati
- Muka topeng
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah
ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, tingkat nyeri
klien menurun, dengan criteria :
• Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
• Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
• Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
• Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
2 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk
berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu
melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari, dengan criteria :
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC :
Self Care assistane : ADLs
Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan
self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan
bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
3 Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien
mampu mengontrol cemas, dengan criteria :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
• Gunakan pendekatan yang menenangkan
• Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
• Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
• Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
• Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
• Dorong keluarga untuk menemani anak
• Lakukan back / neck rub
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Identifikasi tingkat kecemasan
• Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
• Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
• Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
• Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
4 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi
pembedahan, pemasangan infuse
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
- Ruptur membran amnion
- Agen farmasi (imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imum buatan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi
pH, perubahan peristaltik)
- Penyakit kronik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, klien mampu menjaga status imun dan mengontrol resiko infeksi,
dengan criteria : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya, Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
• Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
• Pertahankan teknik isolasi
• Batasi pengunjung bila perlu
• Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
• Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
• Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
• Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
• Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
• Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
• Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
• Tingktkan intake nutrisi
• Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
• Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
• Monitor hitung granulosit, WBC
• Monitor kerentanan terhadap infeksi
• Batasi pengunjung
• Saring pengunjung terhadap penyakit menular
• Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
• Pertahankan teknik isolasi k/p
• Berikan perawatan kuliat pada area epidema
• Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
• Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
• Dorong masukkan nutrisi yang cukup
• Dorong masukan cairan
• Dorong istirahat
• Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
• Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cara menghindari infeksi
• Laporkan kecurigaan infeksi
• Laporkan kultur positif
PK : Perdarahan
NOC NIC Rasional
Perdarahan berhenti
Indikator :
- Luka sembuh kering, bebas pus, tidak meluas
- HB tidak kurang dari 10 gr dl
NIC :
Pencegahan sirkulasi
Aktifitas :
1. Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi, cek nadi, edema,
pengisian kapiler, dan perdarahan disaat merawat luka
2. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah luka
dengan kassa steril dan tutup dengan tehnik aseptic
3. Kelola terapi sesuai order
1. Penanda gangguan sirkulasi darah dan antisipasi kekurangan HB
2. Menghentikan perdarahan dan menghindari perluasan luka
3. Diberikan secara profilaksis atau untuk menghentikan perdarahan
DAFTAR PUSTAKA :
Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC.
Jakarta.
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
……… 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah II. PSIK FK.Unair. TA: 2000/2001.
Surabaya.
Rothrock,Jane C. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC.
Jakarta.
Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.
Revisi. EGC. Jakarta
Jan
28
APP
TUGAS KMB 1 ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN APP OLEH : REFANA INDRA KUSUMA (2120101842) AKADEMI
KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2011 APENDICITIS A. Pengertian.
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10
cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal.
Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam
sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks
cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. Appendiks
merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing). Kira-kira 7%
populasi akan mengalami appendiks pada waktu yang bersamaan dalam hidup
mereka. Pria lebih cenderung terkena appendiks dibanding wanita.
Appendiks lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun.
Jan
28
TUGAS KEWIRAUSAHAAN PERAWAT 25
Jalan Menuju Kemenangan Bersama Orang Lain 1. Memulai dari diri sendiri
Tak ada orang yang tulus menolong orang lain tanpa tujuan menolong diri
sendiri. - Sadari bahwa anda itu sangat bernilai sebagai manusia apapun
keadaannya tak ada yang dapat mengambilnya dari sana. - Terima,
tingkatan, dan percaya nila anda sebagai manusia. 2. Praktikan aturan 30
detik Orang yang menunda perbuatan baik, sama saja tak pernah
melakukannya .
Add a comment