Asuhan
Keperawatan Pada Pasien
Dengan
Gastroenteritis Akut
Refana Indra Kusuma
AKPER NOTOKUSUMO YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN
2010/2011
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-nya
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS” Makalah ini tidak
akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan, dan bimbingan serta arahan baik secara moril maupun materiil, untuk
itu kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak
Asisi selaku pengajar dan pembimbing mata kuliah,
2. Teman-teman
satu kelompok yang berkerjasama dalam membantu menyelesaikan masalah ini.
Dari
pembuatan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
dengan hal tersebut kami sangat mengharapkan krtik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk penyusun makalah selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Yogyakarta,
1-Oktober-2011
Penyusun,
i
GASTROENTERITIS
AKUT
PENDAHULUAN
Sampai saat ini penyakit diare atau
juga sering disebut Gastroenteritis, masih merupakan salah satu masalah
kesehatan utama dalam masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab
kunjungan Puskesmas/Balai pengobatan, hamper selalu termasuk dalam kelompok
penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas. Angka kesakitannya
adalah sekitar 200-400 kejadian diare di antara 1000 penduduk di Indonesia
setiap tahunnya. Dengan demikian Indonesia dapat ditemukan penderita diare
sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya.
Definisi
Yang dimaksud dengan diare adalah
defikasi encer lebih dari 3x sehari, dengan /tanpa darah dan /lender dalam
tinja.
Diare akut: ialah diare yang terjadi
secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
- Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999).
- Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980),
- Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
- Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
- Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
- Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Jadi dari
keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang
disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
Epidemiologi
Penyakit diare akut lebih sering
terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih besar. Kejadian diare akut pada
anak laki-laki hamper sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan
secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di Negara yang
sedang berkembang, prevalensi yang paling tinggi dari penyakit diare merupakan
kombinasi dari sumber air yang tercemar,kekurangan protein dan kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan badan(McCormick MC,1982).
Untuk bayi, baik di Negara-negara
maju, penurunan angka kejadian dare erat kaitannya dengan pemberian ASI, yang
sebagian disebabkan oleh kurangnya pensemaran minum anak dan sebagian lagi leh
karena factor pencegah imunologik dari pada ASI(Learsen SA dan Homer DR,1978).
Sejauh ini imunitas spesifik usus merupakan peran dari limposit dalam Plaque
peyeri yang membuat immunoglobulin, tetapi anti body spesifik dengan
kuman pathogen usus terdapat di dalam kolostrum dari ASI ( Mata L dan Black
RE,1982).
Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia
Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain
itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare
itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. Penybab
dari timbulnya diare dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu,Penyebab tidak
langsung atau factor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya
diare. Penyebab diare akut dapat di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Diare sekresi ( sekretory diarrhea),
disebabkan oleh:
Ø Infeksi virus, kuman-kuman pathogen
dan apatogen
Ø Hiperperistaltik usus halus yang
dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,makanan( misalnya keracunan
makanan,makanan yang pedas,terlalu asam) gangguan psikis(ketakutan, gugup),
gangguan saraf,hawa dingin, alergi.
Ø Defisiensi imun terutama SIgA(
sekretory immunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat ganda
bakteri /flora usus dan jamur, terutama Candida.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi diare
Keadaan gizi
|
Hygiene dan sanitasi
|
Social budaya
|
Penderita Diare
|
Manusia Pembawa Kuman
|
Masyarakat Sehat
|
Faktor-faktor lain
|
Social ekonomi
|
Kepadatan penduduk
|
Kuman penyebab penyakit diare
|
Masyarakat
|
Meninggal
|
2. Diare
Osmotik( osmotic diarrhea) yang disebabkan oleh:
v Malabsorpsi
makanan
v KKP(
kekurangan kalori protein)
v BBLR(bayi
berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir
Tanda dan gejala:
v a. Diare.
v b. Muntah.
v c. Demam.
v d. Nyeri abdomen
v e. Membran mukosa mulut dan bibir
kering
v f. Fontanel cekung
v h. Tidak nafsu makan
v i. Badan terasa lemah
Komplikasi:
v a. Dehidrasi
v b. Renjatan hipovolemik
v c. Kejang
v d. Bakterimia
v e. Mal nutrisi
v f. Hipoglikemia
v g. Intoleransi sekunder akibat
kerusakan mukosa usus.
a. Pemberian cairan.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
- Memberikan asi.
- Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c. Obat-obatan.
Pemberian cairan, pada klien Diare dengan
memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum
a. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan
dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit
untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang
harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi ringan.
1jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB /
hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2. Dehidrasi sedang.
1jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB /
oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.
3. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun
dengan berat badan 3 – 10 kg
· 1 jam pertama : 40 ml / kg BB /
jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB
/ menit.
· 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB /
jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
· 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB
oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg
BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun
dengan berat badan 10 – 15 kg.
- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam
atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg
BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB
oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena
2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun
dengan berat badan 15 – 25 kg.
-1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam
atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
-16 jam berikutnya 105 ml / kg BB
oralit per oral.
c. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terapi diatetik adalah pemberian
makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan
serta menjaga kesehatan klien.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
- · Memberikan Asi.
- · Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
d. Obat-obatan.
· Obat anti sekresi.
· Obat anti spasmolitik.
· Obat antibiotik.
Ø . Pengobatan
Dalam garis besarnya pengobatan
diare dapat dibagi dalam :
a. Pengobatan
kausal
b. Pengobatan
simtomatik
c. Pengobatan
cairan
d. Pengobatan
dietetic
Ø .
Pengobatan Kausal
Pengobatan yang tepat
terhadap kuasa diare di berikan setelah kita mengetahui penyebabnya yang pasti.
Jika kuasa diare ini penyakit perenteral, di berikan anti biotic sestemik jika
tidak terdapat infeksi oarenteral, sebenarnya anti biotical baru boleh di
berikan kalau pada pemeriksaan laboratorium dapat di temukan bakteri patongen.
Karna pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil
pemeriksaan datang terlambat, antibiotika dapat diberikan dengan memperhatikan
umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja,dan sebagainya.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium.
·
Pemeriksaan tinja.
a.
Pemeriksaan tinja
-
Makroskopis dan mikroskopis
-
Biakan kuman untuk mencari kuman penyabab
-
Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
-
Ph dan kadar gula jika diduga ada sugar
intorelance
b.
Pemeriksaan darah
-
Darah lengkap
-
Ph cadangan alkali dan elektrilit untuk
menentukan gangguan keseimbangan asam basa kadar ureum untuk mengatahui adanya
gangguan faal ginjal,
c.
Duodenal intubation
-
Untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
·
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,
bila memungkinkan.
·
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
b.
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Gastroenteritis
Pengkajian
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan
serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
· Keluhan
utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat
penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi
akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah
menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa
bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
· Pola
eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
· Pola
nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
· Pola
tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
· Pola
hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
·
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a.
Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b.
Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi
: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
· Perkusi
: adanya distensi abdomen.
· Palpasi
: Turgor kulit kurang elastis
·
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c.
Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada
anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e.
Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan
tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.
Diagnosa
Keperawatan
1. Defisit
volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah.
3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis
dan pengobatan.
6. Cemas
berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.
Intervensi
Keperawatan
Diagnosa
1.
Defisit
volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
Tujuan :
Devisit
cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil:
Tanda-tanda
dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi :
Observasi
tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan output
cairan (balan cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum
yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan
tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa
2.
Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
Tujuan :
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
Intake
nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak
ada.
Intervensi :
Kaji pola
nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji
faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen
(palpasi, perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi
kecil tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Diagnosa
3.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan :
Gangguan
integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas
kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti
popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non
alkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi antifungi sesuai indikasi.
Diagnosa
4.
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan :
Nyeri
dapat teratasi
Kriteria
hasil :
Nyeri
dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi
tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Beri kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi analgetik sesuai indikasi.
Diagnosa
5.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis
dan pengobatan.
Tujuan
Pengetahuan
keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga
klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga
tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
Kaji
tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui
pendidikan kesehatan. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Diagnosa
6.
Cemas
berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan
memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji
tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan
klien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien.
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
mendampingi klien.
Evaluasi
1. Volume
cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3.
Integritas kulit kembali normal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan. Ed. 2 Jakarata : EGC
Dongoes (2000). Diagnosa
Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer, Arif., et all. (1999).
Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
Pitono Soeparto, dkk. (1997).
Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas Airlangga.
Price, Anderson Sylvia. (1997)
Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar