Minggu, 12 Februari 2012

A. PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut (peritoneum). Peritonitis dibagi tiga :
1. Peritonitis primer/spontan Gambaran a. Biasanya terjadi pada masa anak-anak dengan sindrom nefrotik atau sirosis hati. b. Tidak ada sumber infeksi pada intra peritoneal c. Lebih banyak diderita perempuan daripada laki-laki d. Kuman masuk melalui aliran darah atau alat genital e. Rasa sakit dan lemas f. Deihidrasi dan nyeri tekan Otot abdomen tegang g. Kembung h. Bunyi peristaltic usus sulit ditemukan Penatalaksaan : a. Pembedahan b. Antibiotic
2. Peritonitis sekunder Gambaran a. Kuman yang masuk banyak, biasa dari GIT dan imun klien b. Kuman campuran, aerob dan anaerob c. Adanya sumber infeksi intra peritoneal; appendiksitis, divertikkulitis, salpingitis, kolesistitis, pankreasitis dan sebagainya. d. Dapat dari trauma yang menyebabkan rupture pada GIT atau perforasi setelah endoskopi, biopsy, atau polipektomi endoskopik. e. Dapat terjadi keganasan GIT. f. Tertelan benda asing dan tajam g. Sangat nyeri. h. Tidak berani bergerak saat tidur i. Napas pendek j. Awalnya tensi turun sedikit dan nadi lebih cepat, kemudian masuk dalam renjatan dengan nadi kecil dan lebih cepat. k. Hipovolemia l. Abdomen tegang Pengobatan : a. Supertive - Infuse darah plasma atau whole blood dan albumin, larutan ringer, dekstrosa 5% atau NaCl fisiologi - Kortikosteroid - Oksigen untuk hipoksia - Antibiotic untuk bakteri aerob dan anaerob b. Pembedahan (mencari penyebab, menutup kebocoran dan membersihkan rongga peritoneum)

3. Peritonitis yang disebabkan pemasangan alat.

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Peritoneum adalah selaput serosa yang tembus pandang dan sinambung, terdiri dari 2 lembar : - Peritoneum parietale yang melapisi dinding abdomen - Peritoneum visceral yang menutupi viscera (misalnya gaster dan intestinum) Cavitas peritonealis, ruang antara kedua lembar peritoneum, ialah sebuah rongga potensial karena organ-organ tersusun amat berdekatan. Dalam cavitas peritonealis terdapat sedikit cairan sebagai lapisan tipis untuk melumas permukaan peritoneum, sehingga memungkinkan viscera abdomen bergerak satu terhadap yang lain tanpa adanya gesekan. Pada laki-laki cavitas peritonealis tertutup sempurna, tetapi pada wanita terdapat hubungan dengan lingkungan diluar tubuh melalui kedua tuba uterine, uterus dan vagina. Peritoneum dan semua viscera abdomen terdapat didalam cavitas abdominis. Hubungan antara viscera abdomen dengan peritoneum adalah sebagai berikut: - Organ intraperitoneal (misalnya gaster) adalah viscera abdomen yang diliputi peritoneum visceral - Organ ekstraperitoneal (retroperitoneal), (misalnya kedua ren, pancreas, colon ascenden dan colon desenden) adalah viscera yang terletak antara peritoneum parietale dan dinding abdomen dorsal. Sebuah mesenterium adalah lembar ganda peritoneum yang berawal sebagai lanjutan peritoneum visceral pembungkus sebuah organ. Mesenterium demikian menghubungkan organ bersangkutan dengan dinding tubuh (misalnya mesenterium jejuni). Mesenterium berinti jaringan ikat yang berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf, jaringan lemak dan kelenjar limfe. Visera abdomen yang memiliki mesenterium mudah bergerak, derajat kebebasan bergerak ini tergantung dari ukuran panjang mesenterium. Omentum adalah kelanjutan peritoneum visceral bilaminar yang melintas dari gaster dan bagian proksimal duodenum ke organ atau struktur lain. Omentum minus menghubungkan curvatura minor gaster dan bagian proksimal duodenum dengan hepar. Omentum majus yang luas dan penuh jaringan lemak, dilepaskan dari curvature mayor gaster dan tepi kaudal paroh proksimal bagian pertama duodenum; duplikatura ini meluas kekaudal, lalu melipat balik untuk melekat pada colon transversum. Omentum majus mencegah melekatnya peritoneum visceral pada peritoneum parietale yang melapisi dinding abdomen. Daya gerak omentum majus cukup besar dan ia dapat bergeser-geser ke seluruh cavitas paritonealis dan membungkus organ yang meradang, seperti appendiks vermiformis, artinya omentum majus dapat mengisolasi organ itu dan melindungi organ lain terhadap organ yang terinfeksi. Ligamentum peritoneal juga merupakan lembar-lembar ganda peritoneum. Hepar dihubungkan pada dinding abdomen ventral oleh ligamentum falciforme dang aster dihubungkan pada Permukaan kaudal diafragma oleh ligamentum gastrophrenicum Lien oleh ligamentum gastrolienale yang melipat balik pada hilum splenicum Colon tranasversum oleh ligamentum gastrocolicum. Plica peritonealis adalah peritoneum yang terangkat dari dinding abdomen oleh pembuluh darah, saluran dan pembuluh fetal yang telah mengalami obliterasi. Recessus peritonealis adalah sebuah kantong peritoneal yang dibentuk oleh plica peritonealis.

B. ETIOLOGI 1. Kateter vertrikulo peritoneal yang dipasang pada pengobatan hyroephalus 2. Kateter peritoneojugular untuk mengurangi asites 3. Continuous ambulatory peritoneal dialysis.

C. PATOFISIOLOGI • Untuk dapat mengenal dini tanda-tanda peritonitis dan untuk dapat menangani secara baik perlu mengetahui patofisiologi peritonitis dengan baik. • Peritonitis diartikan sebagai proses inflamasi atau proses peradangan peritoneum termasu sebagian atau seluruh organ di dalam rongga peritoneum. • Organ-organ di dalam rongga peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami udem. Udem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut meninggi. • Juga terdapat sekuestrasi cairan ke`dalam rongga peritoneal dan lumen usus. • Pengumpulan cairan di dalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta udem seluruh organ intra-peritoneal dan udem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. • Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, muntah serta diare. • Usus-usus mengalami paralisis sehingga terdapat tanda-tanda obstruksi usus paralitik. Abdomen membuncit tanpa terdengar bunyi usus. • Khusus pada neonates lebih sering terdapat hipotermi. • Sementara proses tersebut di atas berlangsung, berlangsung pula invasi kuman keseluruh jaringan intra-peritoneal dank e aliran darah, sepsis, DIC, shok, dan akhirnya dapat meninggal.

D. TANDA DAN GEJALA 1. Sakit 2. Panas

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Laboratorium • Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan infeksi intra abdomen menunjukan adanya luokositosis (>11.000 sel/ µL) dengan adanya pergerakan ke bentuk immatur pada differential cell count. Namun pada pasien dengan immunocompromised dan pasien dengan beberapa tipe infeksi (seperti fungal dan CMV) keadaan leukositosis dapat tidak ditemukan atau malah leukopenia - PT, PTT dan INR - Test fungsi hati jika diindikasikan - Amilase dan lipase jika adanya dugaan pankreatitis - Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran kemih (seperti pyelonephritis, renal stone disease) - Cairan peritoneal, cairan peritonitis akibat bakterial dapat ditunjukan dari pH dan glukosa yang rendah serta peningkatan protein dan nilai LDH Pemeriksaan Radiologi - Foto polos - USG - CT Scan (eg, gallium Ga 67 scan, indium In 111–labeled autologous leucocyte scan, technetium Tc 99m-iminoacetic acid derivative scan). - Scintigraphy - MRI

F. KOMPLIKASI • Ketidakseimbangan elektrolit • Dehidrasi • Asidosis metabolic • Alkalosis respiratorik • Syok G. PENATALAKSANAAN a. Antibiotik b. Kateter dicabut c. Bila terjadi kista, ganti dengan ventrikulo atrial/reposis kateter di ronggga peritoneum d. Penyuluhan penggunaan closed fluid system untuk diganti peritoneal dialisa

H. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Observasi/temuan •
Nyeri abdomen dan kekakuan di atas area inflamasi - Nyeri lepas - Dapat menyebar ke bahu • Distensi abdomen • Anoreksia • Mual, muntah • Penurunan sampai tak ada bising usus • Gagal mengeluarkan feses atau flatus • Menggigil, demam • Takikardia • Hipotensia • Leukositosis • Ansietas • Pernafasan torakal :cepat, pendek • Emesis fekal Diagnosa keperawatan

Diagnosa 1 Perubahan dalam volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan peningkatan aliran darah ke peritoneum, muntah dan/atau perforasi gastrointestinal. Intervensi keperawatan • Pertahankan puasa : kaji status hidrasi • Pantau tanda vital dan CVP setiap jam atau pro: observasi tanda syok • Pertahankan cairan parentaeral dengan elektrolit, antibiotic, lanvitamm • Timbang berat badan setiap hari dengan waktu, pakaian, dan timbangan yang sama • Ukur masukan dan haluaran setiap 8 jam : ukur haluran urine setiap jam ; bila kurang dari 30 sampai 50 ml/jam beritahu dokter. • Bantu dalam aspirasi / lavase peritoneal • Pantau elektrolit, gas darah, Hb, dan Ht • Lakukan latihan rentang gerak pasif atau bantu dan ajarkan setiap 4 jam. Hasil yang diharapkan / evaluasi • Klien menunjukkan : - Hidrasi adekuat dibuktikan oleh turgor kulit normal dan membrane mukosa lembab. - Tanda vital stabil - Masukan dan haluaran seimbang
Diagnosa 2 Ketidakefektifan pada nafas sekkunder terhapap nyeri abdomen dan destensi. Intervensi keperawatan • Kaji status pernafasan; pantau terhadap pernafasan dangkal, cepat. • Pertahankan tirah baring dalam lingkungan yang tenang dengan kepala ditinggikan 35 sampai 45 derajat. • Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif • Bantu dan ajarkan klien untuk berbalik badan dan batuk setiap 4 jam dan nafas dalam setiap 1 sampai 2 jam. • Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam. Hasil yang diharapkan/ evaluasi Klien : • Menunjukkan pernafasan dan bunyi nafas normal. • Mendemonstrasikan kemampuan untuk melakukan latihan pernafasan.

Diagnosa 3 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan kurang masukan. Intervensi keperawatan • Pantau selang nasogastrik atau selang usus naso-oral ; sambungkan kea lat penghisap rendah intermiten • Pantau karakter, jumlah, warna, dan bau dranaise • Sering memberikan hygiene oral dan nasal • Ukur lingkar abdodmen setiap 4 jam • Pantau keluarnya flatus • Auskultasi abdomen terhadap bising usus setiap 8 jam • Pantau NPT sesuai indikasi • Bila bising usus kembali dan selang nasogastrik usus diangkat, berikan diet cairan jernih sesuai toleransi • Bila pembedahan dilakukan, lihat bedah usus Hasil yang diharapkan/ evaluasi Klien : • Mengungkapka tidak merasa mual/ muntah • Mentoleransi diet dengan adekuat

Diagnosa 4 Nyeri yang berhubungan dengan inflasi dan destensi Intervensi keperawatan • Kaji tipe, lokasi, dan beratnya nyeri • Berikan analgesic hanya setelah diagnosa dibuat • Kaji keefektifan tindakan penghilang nyeri • Pertahankan posisi nyaman untuk meminimalkan stress pada abdomen dan sring mengubah posisi klien • Berikan periode istirahat yang terencana • Diskusikan dan ajarkan teknik penatalaksanaan nyeri Diagnosa
5 Ansietas yang berhubungann dengan krisis situasi Intervensi keperawatan • Kaji tingkat ansietas • Kaji keterampilan koping saat ini • Jelaskan semua tindakan dan prosedur • Beri penguatan penjelasan dokter tentang penyakit dan tindakan • Bantu dan ajarkan teknik relaksasi - Berikan periode isntirahat tanpa gangguan - Beri dorongan dukungan kelurga/orang terdekat Hasil yang diharapkan/ evaluasi Klien : • Mengungkapkan perasaan dan masalah dan pemahaman cara koping positif • Menunjukkan lebih relaks dan nyaman

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta Sjamsuhidajat. R & Jong, Wim de.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi.EGC.Jakarta Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarta : EGC.

1 komentar: