A. PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut (peritoneum).
Peritonitis dibagi tiga :
1. Peritonitis primer/spontan
Gambaran
a. Biasanya terjadi pada masa anak-anak dengan sindrom nefrotik atau sirosis hati.
b. Tidak ada sumber infeksi pada intra peritoneal
c. Lebih banyak diderita perempuan daripada laki-laki
d. Kuman masuk melalui aliran darah atau alat genital
e. Rasa sakit dan lemas
f. Deihidrasi dan nyeri tekan
Otot abdomen tegang
g. Kembung
h. Bunyi peristaltic usus sulit ditemukan
Penatalaksaan :
a. Pembedahan
b. Antibiotic
2. Peritonitis sekunder
Gambaran
a. Kuman yang masuk banyak, biasa dari GIT dan imun klien
b. Kuman campuran, aerob dan anaerob
c. Adanya sumber infeksi intra peritoneal; appendiksitis,
divertikkulitis, salpingitis, kolesistitis, pankreasitis dan sebagainya.
d. Dapat dari trauma yang menyebabkan rupture pada GIT atau perforasi
setelah endoskopi, biopsy, atau polipektomi endoskopik.
e. Dapat terjadi keganasan GIT.
f. Tertelan benda asing dan tajam
g. Sangat nyeri.
h. Tidak berani bergerak saat tidur
i. Napas pendek
j. Awalnya tensi turun sedikit dan nadi lebih cepat, kemudian masuk
dalam renjatan dengan nadi kecil dan lebih cepat.
k. Hipovolemia
l. Abdomen tegang
Pengobatan :
a. Supertive
- Infuse darah plasma atau whole blood dan albumin, larutan ringer,
dekstrosa 5% atau NaCl fisiologi
- Kortikosteroid
- Oksigen untuk hipoksia
- Antibiotic untuk bakteri aerob dan anaerob
b. Pembedahan (mencari penyebab, menutup kebocoran dan membersihkan
rongga peritoneum)
3. Peritonitis yang disebabkan pemasangan alat.
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Peritoneum adalah selaput serosa yang tembus pandang dan sinambung,
terdiri dari 2 lembar :
- Peritoneum parietale yang melapisi dinding abdomen
- Peritoneum visceral yang menutupi viscera (misalnya gaster dan
intestinum)
Cavitas peritonealis, ruang antara kedua lembar peritoneum, ialah sebuah
rongga potensial karena organ-organ tersusun amat berdekatan. Dalam
cavitas peritonealis terdapat sedikit cairan sebagai lapisan tipis untuk
melumas permukaan peritoneum, sehingga memungkinkan viscera abdomen
bergerak satu terhadap yang lain tanpa adanya gesekan.
Pada laki-laki cavitas peritonealis tertutup sempurna, tetapi pada
wanita terdapat hubungan dengan lingkungan diluar tubuh melalui kedua
tuba uterine, uterus dan vagina. Peritoneum dan semua viscera abdomen
terdapat didalam cavitas abdominis. Hubungan antara viscera abdomen
dengan peritoneum adalah sebagai berikut:
- Organ intraperitoneal (misalnya gaster) adalah viscera abdomen yang
diliputi peritoneum visceral
- Organ ekstraperitoneal (retroperitoneal), (misalnya kedua ren,
pancreas, colon ascenden dan colon desenden) adalah viscera yang
terletak antara peritoneum parietale dan dinding abdomen dorsal.
Sebuah mesenterium adalah lembar ganda peritoneum yang berawal sebagai
lanjutan peritoneum visceral pembungkus sebuah organ. Mesenterium
demikian menghubungkan organ bersangkutan dengan dinding tubuh (misalnya
mesenterium jejuni). Mesenterium berinti jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf, jaringan lemak dan kelenjar
limfe. Visera abdomen yang memiliki mesenterium mudah bergerak, derajat
kebebasan bergerak ini tergantung dari ukuran panjang mesenterium.
Omentum adalah kelanjutan peritoneum visceral bilaminar yang melintas
dari gaster dan bagian proksimal duodenum ke organ atau struktur lain.
Omentum minus menghubungkan curvatura minor gaster dan bagian proksimal
duodenum dengan hepar.
Omentum majus yang luas dan penuh jaringan lemak, dilepaskan dari
curvature mayor gaster dan tepi kaudal paroh proksimal bagian pertama
duodenum; duplikatura ini meluas kekaudal, lalu melipat balik untuk
melekat pada colon transversum. Omentum majus mencegah melekatnya
peritoneum visceral pada peritoneum parietale yang melapisi dinding
abdomen. Daya gerak omentum majus cukup besar dan ia dapat
bergeser-geser ke seluruh cavitas paritonealis dan membungkus organ yang
meradang, seperti appendiks vermiformis, artinya omentum majus dapat
mengisolasi organ itu dan melindungi organ lain terhadap organ yang
terinfeksi.
Ligamentum peritoneal juga merupakan lembar-lembar ganda peritoneum.
Hepar dihubungkan pada dinding abdomen ventral oleh ligamentum
falciforme dang aster dihubungkan pada
Permukaan kaudal diafragma oleh ligamentum gastrophrenicum
Lien oleh ligamentum gastrolienale yang melipat balik pada hilum
splenicum
Colon tranasversum oleh ligamentum gastrocolicum.
Plica peritonealis adalah peritoneum yang terangkat dari dinding abdomen
oleh pembuluh darah, saluran dan pembuluh fetal yang telah mengalami
obliterasi.
Recessus peritonealis adalah sebuah kantong peritoneal yang dibentuk
oleh plica peritonealis.
B. ETIOLOGI
1. Kateter vertrikulo peritoneal yang dipasang pada pengobatan hyroephalus
2. Kateter peritoneojugular untuk mengurangi asites
3. Continuous ambulatory peritoneal dialysis.
C. PATOFISIOLOGI
• Untuk dapat mengenal dini tanda-tanda peritonitis dan untuk dapat
menangani secara baik perlu mengetahui patofisiologi peritonitis dengan
baik.
• Peritonitis diartikan sebagai proses inflamasi atau proses peradangan
peritoneum termasu sebagian atau seluruh organ di dalam rongga
peritoneum.
• Organ-organ di dalam rongga peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami udem. Udem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah
kapiler organ-organ tersebut meninggi.
• Juga terdapat sekuestrasi cairan ke`dalam rongga peritoneal dan lumen
usus.
• Pengumpulan cairan di dalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus
serta udem seluruh organ intra-peritoneal dan udem dinding abdomen
termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
• Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak
ada, muntah serta diare.
• Usus-usus mengalami paralisis sehingga terdapat tanda-tanda obstruksi
usus paralitik. Abdomen membuncit tanpa terdengar bunyi usus.
• Khusus pada neonates lebih sering terdapat hipotermi.
• Sementara proses tersebut di atas berlangsung, berlangsung pula invasi
kuman keseluruh jaringan intra-peritoneal dank e aliran darah, sepsis,
DIC, shok, dan akhirnya dapat meninggal.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Sakit
2. Panas
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
• Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan infeksi intra
abdomen menunjukan adanya luokositosis (>11.000 sel/ µL) dengan
adanya pergerakan ke bentuk immatur pada differential cell count. Namun
pada pasien dengan immunocompromised dan pasien dengan beberapa tipe
infeksi (seperti fungal dan CMV) keadaan leukositosis dapat tidak
ditemukan atau malah leukopenia
- PT, PTT dan INR
- Test fungsi hati jika diindikasikan
- Amilase dan lipase jika adanya dugaan pankreatitis
- Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran kemih
(seperti pyelonephritis, renal stone disease)
- Cairan peritoneal, cairan peritonitis akibat bakterial dapat
ditunjukan dari pH dan glukosa yang rendah serta peningkatan protein dan
nilai LDH
Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos
- USG
- CT Scan (eg, gallium Ga 67 scan, indium In 111–labeled autologous
leucocyte scan, technetium Tc 99m-iminoacetic acid derivative scan).
- Scintigraphy
- MRI
F. KOMPLIKASI
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Dehidrasi
• Asidosis metabolic
• Alkalosis respiratorik
• Syok
G. PENATALAKSANAAN
a. Antibiotik
b. Kateter dicabut
c. Bila terjadi kista, ganti dengan ventrikulo atrial/reposis kateter di ronggga peritoneum
d. Penyuluhan penggunaan closed fluid system untuk diganti peritoneal dialisa
H. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Observasi/temuan
•
Nyeri abdomen dan kekakuan di atas area inflamasi
- Nyeri lepas
- Dapat menyebar ke bahu
• Distensi abdomen
• Anoreksia
• Mual, muntah
• Penurunan sampai tak ada bising usus
• Gagal mengeluarkan feses atau flatus
• Menggigil, demam
• Takikardia
• Hipotensia
• Leukositosis
• Ansietas
• Pernafasan torakal :cepat, pendek
• Emesis fekal
Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1
Perubahan dalam volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan
peningkatan aliran darah ke peritoneum, muntah dan/atau perforasi
gastrointestinal.
Intervensi keperawatan
• Pertahankan puasa : kaji status hidrasi
• Pantau tanda vital dan CVP setiap jam atau pro: observasi tanda syok
• Pertahankan cairan parentaeral dengan elektrolit, antibiotic,
lanvitamm
• Timbang berat badan setiap hari dengan waktu, pakaian, dan timbangan
yang sama
• Ukur masukan dan haluaran setiap 8 jam : ukur haluran urine setiap jam
; bila kurang dari 30 sampai 50 ml/jam beritahu dokter.
• Bantu dalam aspirasi / lavase peritoneal
• Pantau elektrolit, gas darah, Hb, dan Ht
• Lakukan latihan rentang gerak pasif atau bantu dan ajarkan setiap 4
jam.
Hasil yang diharapkan / evaluasi
• Klien menunjukkan :
- Hidrasi adekuat dibuktikan oleh turgor kulit normal dan membrane
mukosa lembab.
- Tanda vital stabil
- Masukan dan haluaran seimbang
Diagnosa 2
Ketidakefektifan pada nafas sekkunder terhapap nyeri abdomen dan destensi.
Intervensi keperawatan
• Kaji status pernafasan; pantau terhadap pernafasan dangkal, cepat.
• Pertahankan tirah baring dalam lingkungan yang tenang dengan kepala ditinggikan 35 sampai 45 derajat.
• Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif
• Bantu dan ajarkan klien untuk berbalik badan dan batuk setiap 4 jam dan nafas dalam setiap 1 sampai 2 jam.
• Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
Hasil yang diharapkan/ evaluasi
Klien :
• Menunjukkan pernafasan dan bunyi nafas normal.
• Mendemonstrasikan kemampuan untuk melakukan latihan pernafasan.
Diagnosa 3
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan kurang masukan.
Intervensi keperawatan
• Pantau selang nasogastrik atau selang usus naso-oral ; sambungkan kea lat penghisap rendah intermiten
• Pantau karakter, jumlah, warna, dan bau dranaise
• Sering memberikan hygiene oral dan nasal
• Ukur lingkar abdodmen setiap 4 jam
• Pantau keluarnya flatus
• Auskultasi abdomen terhadap bising usus setiap 8 jam
• Pantau NPT sesuai indikasi
• Bila bising usus kembali dan selang nasogastrik usus diangkat, berikan diet cairan jernih sesuai toleransi
• Bila pembedahan dilakukan, lihat bedah usus
Hasil yang diharapkan/ evaluasi
Klien :
• Mengungkapka tidak merasa mual/ muntah
• Mentoleransi diet dengan adekuat
Diagnosa 4
Nyeri yang berhubungan dengan inflasi dan destensi
Intervensi keperawatan
• Kaji tipe, lokasi, dan beratnya nyeri
• Berikan analgesic hanya setelah diagnosa dibuat
• Kaji keefektifan tindakan penghilang nyeri
• Pertahankan posisi nyaman untuk meminimalkan stress pada abdomen dan sring mengubah posisi klien
• Berikan periode istirahat yang terencana
• Diskusikan dan ajarkan teknik penatalaksanaan nyeri
Diagnosa
5
Ansietas yang berhubungann dengan krisis situasi
Intervensi keperawatan
• Kaji tingkat ansietas
• Kaji keterampilan koping saat ini
• Jelaskan semua tindakan dan prosedur
• Beri penguatan penjelasan dokter tentang penyakit dan tindakan
• Bantu dan ajarkan teknik relaksasi
- Berikan periode isntirahat tanpa gangguan
- Beri dorongan dukungan kelurga/orang terdekat
Hasil yang diharapkan/ evaluasi
Klien :
• Mengungkapkan perasaan dan masalah dan pemahaman cara koping positif
• Menunjukkan lebih relaks dan nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta
Sjamsuhidajat. R & Jong, Wim de.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi.EGC.Jakarta
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarta : EGC.
Kunjungi klinik kami klinik apollo
BalasHapus